Akkarungeng
Akkarungeng bisa disepadankan dengan
pararaton di Jawa Timur (
Kitab Raja-raja, yang memuat kisah raja-raja zaman kerajaan
Singasari dan
Majapahit).
Akkarungeng adalah sebuah kitab yang memuat peristiwa suksesi di
Kerajaan Bone; diawali oleh pengangkatan raja/mangkau’ oleh kelompok-kelompok masyarakat (
anang), masa keemasan dan masa kemunduran sampai akhirnya berintegrasi dengan Republik Indonesia.
Hampir tidak ada bukti fisik yang dapat ditelusuri untuk mencari tahu
sejarah awal Kerajaan Bone selain tulisan-tulisan kuno yang terdapat
dalam lontara’. Hanya sedikit informasi dari lontara’ sebagai sebuah
fakta, bahkan mengenai asal-usul
Manurung-E disinyalir sebagai
mitos, berupa dongeng yang bersumber dari “
sure La Galigo” dan budaya tutur masyarakat Bone. Namun, setelah era
Manurung-E,
kesadaran akan sejarah agaknya mulai mendapat perlakuan khusus yang
ditandai dengan keinginan pihak kerajaan maupun masyarakat luas
melakukan penulisan silsilah dan keturunan raja-raja yang sudah ditulis
dengan cermat dalam lontara’ sehingga kesahihannya dapat
dipertanggungjawabkan.
Sebagai
cross check untuk menentukan tahun berdiri kerajaan Bone, peristiwa-peristiwa alam yang tertulis dalam
pararaton atau prasasti di bekas reruntuhan kerajaan
Majapahit di
Jawa Timur, sinkron dengan peristiwa-peristiwa alam yang tertulis dalam
lontara’. Hal ini sedikit banyaknya memberikan andil untuk membuat
sejumlah asumsi untuk mengungkap masa awal kerajaan Bone.
Bahan baku pada
Akkarungeng ini diambil dari karya Drs. A. Amir Sessu, Mantan Kasi Kebudayaan Kandepdikbud Kabupaten Bone yang disadur dari
Lontara’ Akkarungeng ri Bone
yang selanjutnya ditulis ulang oleh Asmat Riyadi, pendidik dan
budayawan di Bone. Namun oleh pengelolah blog ini disajikan dalam format
yang berjenjang untuk mengklasifikasi awal pemerintahan,
perubahan-perubahan kebijakan, silsilah dan keterangan-keterangan lain.
Jikapun ada tambahan akan diusahakan memberi referensi jika pembaca
berminat untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
1. Mattasi LompoE ManurungngE ri Matajang 1330-1358 (28 Thn)
2. La Ummasa 1358-1424 (66 Thn)
3. La Saliyu Karampelluwa 1424-1496 (72 Thn)
4. Ibenri Gau Arung Majang 1496-1516 (20 Thn)
5. La Tenri Sukki 1516-1543 (27 Thn)
6. La Uliyo Bote’E 1543-1568 (25 Thn)
7. La Tenri Rawe BongkangngE 1568-1584 (16 Thn)
8. La Inca’ 1584-1595 (11 Thn)
9. La Pattawe MatinroE ri Bulukumba 1595-1602 (7 Thn)
10. We Tenri Tuppu Maddussila 1602-1611 (9 Thn)
11. La Tenri Rua Arung Palakka MatinroE ri Bantaeng 1611 (3 bln)
12. La Tenri Pale To Akkappeang Arung Timurung 1611-1625 (14 Thn)
13. La Maddaremmeng 1625-1640 (15 Thn)
14. La Tenroaji Tosenrima 1640-1643 (3Thn)
15. La Tenri Tatta Arung Palakka 1667-1696 (29 Thn)
16. La Patau Matanna Tikka 1696-1714 (18 Thn)
17. Batari Toja Dattalaga Arung Timurung 1714-1715 (1 Thn)
18. La Padassajati 1715-1718 (3 Thn)
19. La Pareppa To Sappewali 1718-1721 (3 Thn)
20. La Panaongi To Pawawoi 1721-1724 (3 Thn)
21. Batari Toja Dattalaga Arung Timurung 1724-1749 (25 Thn)
22. La TemmassongE TO AppaingE 1749-1775 (26 Thn)
23. La Tenri Tappu 1775-1812 (37 Thn)
24. To Appatunru 1812-1823 (11 Thn)
25. I Mani Arung Data 1823-1835 (12 Thn)
26. La Mappaseling 1835-1845 (10 Thn)
27. La Parenrengi 1845-1857 (12 Thn)
28. Tenriawaru Pancaitana Besse’ Kajuara 1857-1860 (3 Thn)
29. Singkeru’ Rukka 1860-1871 (11 Thn)
30. Fatimah Banri 1871-1895 (24 Thn)
31. La Pawawoi Karaeng Sigeri 1895-1905 (10 Thn)
32. La Mappanyukki 1931-1946 (15 Thn)
33. Andi Pabbenteng Petta Lawa 1946-1951 (5 Thn)